(Waktu, Ruang, dan Benda Kita adalah Hak
Anak)
Ayah/Bunda, mari kita lupakan sejenak
GPO. Mari kita bernostalgia tentang masa kecil putra/putri kita.
Apakah Ayah/Bunda masih ingat masa kecil putra/putri
kita?
1. Apakah putra/putri kita pernah
memecahkan benda kesayangan Ayah/Bunda? Apa yang Ayah/Bunda lakukan?
Saya memilih mengosongkan rumah dari benda-benda kesayangan
daripada harus berkata, “Hati-hati! Tahu nggak sih, benda ini mahal sekali.
Mama membelinya langsung dari Bangkok.”
2. Apakah putra/putri kita
membuat berantakan rumah? Apa yang Ayah/Bunda lakukan?
Saya akan merapikannya jika tidak lelah, atau membiarkannya
tetap berantakan jika tidak sanggup.
3. Apakah pernah putra/putri kita
membuat berantakan kosmetik kita?Apa yang Bunda lakukan?
Suatu sore, ketika pulang mengajar, anak saya dengan
bangganya memamerkan hasil lukisannya, “Mama, ayo lihat gambarku.”
Apa yang terjadi? Dia menggambar di seprei menggunakan
lipstick saya yang baru dibeli. Hampir saja marah. Tapi saya hanya terdiam dan
memuji gambarnya, “O iya. Gambarnya bagus sekali.” (Sambil menahan diri).
4. Apakah putra/putri kita
mencorat-coret tembok? Apa yang Ayah/Bunda lakukan?
Saya menyediakan papan tulis putih dan marker, meskipun anak tetap mencoretkan marker di tembok dengan alasan papan tidak mencukupi. Maka saya
hanya mengecat ulang tembok setelah putra/putri kita besar.
5. Apakah putra/putri kita
bersepeda di dalam rumah? Apa yang Ayah/Bunda lakukan?
Saya memilih mengosongkan rumah saya yang kecil demi memberi
ruang gerak anak.
6. Apakah putra/putri kita
merengek ingin ikut ke manapun Ibu pergi? Apa yang Ayah/Bunda lakukan?
Sekali waktu diajak, namun pada kondisi tertentu diberi
pengertian.
7. Apakah putra/putri kita
meminta Ayah/Bunda berhenti bekerja atau tidak terlalu sibuk? Apa yang Ayah/Bunda
lakukan?
Saya beri pengertian mengapa saya perlu bekerja/terlalu
sibuk. Namun jika memungkinkan, saya menunggu izin dari anak saya.
a.
Saat
saya akan melanjutkan S2 ketika anak bungsu masih SD, dia tidak mengizinkan
dengan alasan nanti saya tidak sempat memperhatikannya. Ketika dia memasuki SMP
dan dia lebih sibuk daripada saya (berangkat jam 6 dan pulang jam 6 karena asik
dg Paskibra), maka baru dia mengizinkan saya.
b.
Saat
saya akan mendaftar KS luar negeri, anak saya tidak mengizinkan. namun demikian
dia menyilakan mana yang terbaik untuk saya. Dia sudah dewasa dan memiliki
waktu sendiri.
8. Apakah putra/putri kita sering
meminta didongengi sebelum tidur? Apa yang Ayah/Bunda lakukan?
Meskipun
mata tinggal 5 watt, mendongenglah, karena dongeng sebelum tidur luar biasa
dampaknya. Pilih dongeng yang menginspirasi.
Pertanyaan
terakhir:
Apakah yang Ayah/Bunda kerjakan antara
pukul 18:00 s.d. 21:00?
Bisakah Ayah/Bunda berpuasa dari HP, TV,
atau laptop?
Bagi Ayah/Bunda yang masih memiliki anak
sekolah, dampingilah putra/putri kita dalam belajar.
Bagi Ayah/Bunda yang sudah tidak memiliki
anak sekolah, mengobrollah dengan keluarga, mengaji, atau melakukan kegiatan
positif lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar