Kamis, 06 Oktober 2016

How Do You Ask?

Bapak/Ibu Guru Bahasa Inggris SMP,

Seberapa seringkah peserta didik Bapak/Ibu mengajukan pertanyaan berbahasa Inggris? Jarang sekali? Apakah mereka tidak bisa mengajukannya? Tidak tahu bagaimana caranya?

Menanya, bertanya, atau mempertanyakan masih dianggap menunjukkan kebodohan. Banyak peserta didik (bahkan kita) tidak mau dianggap bodoh hanya karena bertanya. Pendapat itu tidak salah, karena kenyataannya memang begitu.

Di manapun saya mengikuti pembelajaran, ada saja yang tidak saya pahami, tapi saya ingin mengetahuinya. Tentu saya memulai bertanya kepada teman saya dulu. Tapi jawaban yang saya dapatkan selalu 'Ah, siswa tidak akan bertanya seperti itu.',  'Ah, itu masih diperdebatkan.', 'Ah, saya sih akan saya sampaikan apa adanya saja.' atau 'Maaf, nggak tahu.'

Nah, berhubung saya tidak mendapatkan jawaban yang saya perlukan, maka sayapun mengajukannya kepada nara sumber. Tapi apa yang saya dapatkan? Kadang saya mendapatkan jawaban yang sinis, bahkan cenderung merendahkan. Tidak jarang juga ditertawakan atau bahkan ditolak. Pada suatu kesempatan, saya mengajukan pertanyaan dan dijawab dengan sinis oleh nara sumber, sehingga ada peserta lain memberitahu, 'Kalau saya mending tidak usah bertanya, Bu daripada harga diri jatuh.'

Harga diri? Harga diri yang mana? Seharusnya yang jatuh harga diri nara sumber karena tidak memberikan jawaban yang elegan dan memuaskan. Bagi saya, harga diri jatuh di hadapan peserta lain tidak masalah, daripada jatuh di hadapan peserta saya.

Barangkali itu juga yang dirasakan peserta didik kita ketika akan mengajukan pertanyaan ya? Meskipun saya sudah menyampaikan kepada peserta didik bahwa bertanya bukan tanda tak mampu, tapi justru tanda bahwa dia mampu berfikir kritis karena selalu menganalisa 'What will happen if... .'

Saya meminta peserta didik menuliskan di sampul dalam buku tulis mereka begini 'SMART KIDS ASK MORE' untuk memotivasi mereka untuk gemar bertanya. Tapi masih saja hanya sedikit sekali mereka mengajukan pertanyaan, terutama berbahasa Inggris. Jika ada yang mengajukannya, mereka akan menyampaikannya berbahasa Indonesia.

Adakah yang memiliki strategi yang jitu untuk memotivasi mereka?
Saya mecoba metode ini, tapi hanya sedikit sekali peningkatannya. Betapa sulitnya mengajukan pertanyaan. Namun tidak banyak yang menganggapnya penting.

8 komentar:

  1. That situation often makes us frustrated. Moreover when I have prepared everything and feel excited to teach in the classroom; start with ice break, ask some questions, but when it is time for the students to say/ask question,they keep silent. So I say to them to prepare any question at home. Sometimes it is far from the topic, but it is okey. As long as they can ask it freely...

    BalasHapus
  2. That:s great!
    What about trying my methode?

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Ada juga yang coment "kayak tidak ada pekerjaan aja" ketika kita bertanya

    BalasHapus
  5. Ada juga yang coment "kayak tidak ada pekerjaan aja" ketika kita bertanya

    BalasHapus
  6. Tapi saya tetap bertanya kalau itu saya anggap sangat penying

    BalasHapus
  7. Pertama, ucapan terimakasih atas sharingnya bu Does Ichnatun.
    yang kedua, untuk mengatasi ini, biasanya saya beri kredit poin untuk keaktifan di kelas, dan saya beritahukan ke anak kalau siapa yang giat dalam kelas, misal bertanya, maju ke depan kelas untuk menuliskan pendapatnya di papan tulis itu akan saya tambah nilai di buku nilai saya.

    BalasHapus
  8. Great idea pak Joni. Seberapa banyakkah pdsdrta didik yg memanfaatkan mesempatan itu?
    Apakah mereka akhirnya mau bertanya berbahasa Inggris?

    BalasHapus